Sabtu, 31 Mei 2014

Pendidikan Prasekolah




 Pengertian Anak Prasekolah
Prasekolah merupakan pilihan pendidikan bagi kanak-kanak sebelum memasuki sekolah. Early Childhood adalah anak yang berusia sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun. Pendidikan prasekolah adalah satu program yang menyediakan pengalaman pembelajaran kanak-kanak yang berumur 4-6 tahun dalam jangka masa satu tahun atau lebih sebelum masuk ke tahun pertama di sekolah formal. Konsep yang digunakan ialah “ Belajar Sambil Bermain”. Pendidikan prasekolah bertujuan menyuburkan potensi kanak-kanak dalam semua aspek perkembangan, menguasai kemahiran asas dan memupuk sikap positif sebagai persediaan untuk masuk sekolah dasar.

1.        Ciri-ciri Anak Prasekolah
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial, dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma- norma kelompok, moral, dan tradisi. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma- norma kehidupan bermasyarakat. Dalam proses perkembanganya ada ciri- ciri yang melekat dan menyertai anak- anak tersebut. Menurut Snowman (1993 dalam Patmonodewo, 2003) mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya adalah anak  TK. Ciri-ciri yang dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.
Ciri Fisik Anak Prasekolah Atau TK.
a)       Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
b)      Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup.
c)       Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti misalnya, mengikat tali sepatu.
d)     Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna.
e)      Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak.
f)        Walaupun anak lelaki lebih besar, anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus.
 Ciri Sosial Anak Prasekolah atau TK  
a)       Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
b)      Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
c)       Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.
 Parten (1932) dalam social participation among praschool children melalui pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial:
a)      Tingkah laku unoccupied: anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun.
b)      Bermain soliter: anak bermain sendiri dengan menggunakan alat   permainan, berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, mereka berusaha untuk tidak saling berbicara.
c)      Tingkah laku onlooker: anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati. Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama.
d)     Bermain pararel: anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung.
e)       Bermain asosiatif: anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
f)        Bermain kooperatif: anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan, misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.
 Ciri Emosional Pada Anak Prasekolah atau TK.
a)       Anak TK cenderung mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka.
b)      Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.
c)       Takut disebabkan pembiasaan, peniruan, dan ingatan tentang pengalaman kurang menyenangkan yang pada mulanya reaksi  panik kemudian menjadi lebih khusus seperti lari, menangis, dan bersembunyi.
d)      Gembira diekspresikan dengan tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat, dan memeluk benda atau orang yang membuatnya bahagia.
e)      Cemburu sering disebabkan karena mengira bahwa minat dan perhatian teralih darinya.
f)       Sedih terjadi pada anak-anak karena mereka kehilangan sesuatu yang dicintai atau yang dianggap penting bagi dirinya.
 Ciri Kognitif Anak Prasekolah atau TK
a)    Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa
b)    Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang.
Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai berikut:
Ø  Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
Ø  Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
Ø   Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam banyak hal.
Ø  Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan secara mandiri.
Ø  Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah laku.
Ø  Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya.
Ø  Kagumilah apa yang dilakukan anak.
Ø  Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.
2.       Pendidikan Anak Prasekolah
Dengan meningkatnya pemahaman tentang bagaimana anak-anak kecil berkembang dan belajar, telah muncul penekanan yang lebih besar pada pendidikan anak-anak kecil.
a)      Taman kanak-kanak yang berpusat pada anak
Program taman kanak-kanak sangat bervariasi. Sejumlah pakar dalam bidang pendidikan masa awal anak-anak percaya bahwa kurikulum di kebanyakan taman kanak-kanak dan program-program prasekolah dewasa ini menaruh terlalu banyak penekanan pada prestasi dan keberhasilan. Hal itu menyebabkan anak-anak mengalami tekanan yang terlalu dini dalam perkembagan mereka (Bredekamp & Shepard 1989; Burts & others, in press; Charlesworth, 1989; Elkind, 1987, 1988; Moyer, Egertson & Isenberg, 1987). Menaruh penekanan untuk keberhasilan semacam itu sama sekali tidak sesuai dengan tujuan semula taman kanak-kanak didirikan.
Pada tahun 1840-an, keprihatinan Friedrich Froebel akan kualitas pendidikan bagi anak-anak kecil menuntunnya ke arah pendirian taman kanak-kanak, yang secara harfiah berarti “taman bagi anak-anak”). Pendiri taman kanak-kanak itu mengerti bahwa, seperti tanaman yang bertumbuh, anak-anak memerlukan pengasuhan yang baik. Sayangnya, terlalu banyak taman kanak-kanak dewasa ini telah melupakan pentingnya pengasuhan yang baik bagi anak-anak kecil bangsa ini.
o   Child-Centered Kindergarten
Pendidikan yang melibatkan seluruh anak dan mencakup kepedulian akan perkembangan fisik, konitif dan sosial anak. Pembelajaran diorganisasikan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan, minat dan gaya belajar anak. Penekananya adalah pada proses belajar dan bukan pada apa yang dipelajari

b)     Praktik-praktik yang Cocok dan Tidak Cocok Menurut Teori Perkembangan dalam Pendidikan Anak-anak Kecil
o   Praktik yang Tidak Cocok dalam Pengajaran
Pengajaran  langsung melalui kegiatan yang bersifat abstrak dan melalui kertas dan pensil yang diberikan pada sejumlah anak kecil diyakini sebagai praktik yang tidak cocok.
o   Praktik yang Cocok dalam Pengajaran
Anak-anak prasekolah dan sekolah dasar paling baik belajar melalui metode-metode mengajar yang aktif dan bersifat kongkret, seperti permainan dan bermain drama.


c)      Pengaruh pada anak-anak jika masuk Prasekolah sebelum Taman kanak-kanak
Menurut pakar perkembangan anak David Elkind (1987, 1988) para orang tua yang berkompeten dan berdedikasi luar biasa serta memiliki waktu maupun energi dapat memberi ramuan dasar pendidikan masa awal anak-anak di rumah merekA. Akan tetapi, bila orang tua tidak memiliki komitmen, waktu, energi, dan sumber-sumber untuk memberi kepada anak-anak kecil suatu lingkungan yang baik bagi program masa awal kanak-kanak, maka pertanyaannya adalah apakah anak-anak tersebut harus mengikuti prasekolah.
Dalam kasus ini, persoalannya bukan apakah prasekolah itu penting, tetapi apakah bersekolah di rumah dapat benar-benar menurut program yang dapat ditawarkan sebuah prasekolah yang berkompeten.
 Peningkatan jumlah prasekolah publik menegaskan pertumbuhan keyakinan bahwa pendidikan masa awal anak-anak harus menjadi suatu unsur yang sah dari pendidikan publik. Menurut pakar perkembangan anak, David Elkind (1988), pendidikan masa awal kanak-kanak sering kali tidak dipahami dengan baik di tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Bahayanya ialah bahwa pendidikan prasekolah publik bagi anak-anak berusia 4 tahun akan menjadi tidak lebih dari suatu “perluasan ke bawah” dari pendidikan dasar tradisional. Ini telah terjadi pada program-program prasekolah yang memaksakan ujian, pekerjaan rumah (PR), dan latihan kelompok pada anak usia 4 dan 5 tahun.
Elkind yakin bahwa pendidikan masa awal anak-anak harus menjadi bagian dari pendidikan publik, tetapi berdasarkan kondisinya sendiri. Walaupun mungkin terdapat beberapa tumpang-tindih dengan kurikulum, evaluasi, manajemen kelas dan pelatihan guru pada tingkat-tingkat atas persekolahan, hal itu sebenarnya tidak identik.
d)     Pengaruh Pendidikan Pada Masa Awal Anak-anak
Karena program taman kanak-kanak dan prasekolah sangat beragam, sulit mengambil kesimpulan menyeluruh tentang pengaruhnya terhadap perkembangan anak-anak. Namun demikian, dalam suatu tinjauan tentang pengaruh pendidikan masa awal anak-anak, disimpulkan bahwa anak-anak yang mengikuti prasekolah:
o   Berinteraksi lebih banyak dengan rekan-rekan sebayanya, baik positif maupun negatif
o   Kurang kooperatif dan kurang responsif terhadap orang-orang dewasa dibanding anak-anak yang diasuh di rumah
o   Lebih berkompeten dan dewasa secara sosial dalam arti mereka lebih percaya diri, mandiri, mengekspresikan diri secara verbal, mengetahui dunia sosial, bisa menyesuaikan diri dengan dunia sosial dengan lebih baik ketika mereka masuk sekolah (memperlihatkan ketekunan dalam menyelesaikan tugas, kepemimpinan, dan arah tujuan)
o   Kurang berkompeten secara sosial dalam arti kurang sopan, kurang tunduk terhadap tuntutan-tuntutan guru, lebih berisik, lebih agresif, dan lebih bossy, utamanya bila sekolah atau keluarga mendukung perilaku tersebut
                                    Singkatnya, pendidikan masa awal anak-anak umumnya memiliki pengaruh positif terhadap perkembangannya, meski kadang-kadang ada pengaruh negatifnya. Penting untuk diingat bahwa perkembangan anak-anak kecil berlangsung disejumlah lingkup yang berbeda, tidak hanya di sekolah, dan bahwa relasi di dalam salah satu lingkup itu keluarga juga berpengaruh penting.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar