Pengertian Anak Prasekolah
Prasekolah merupakan pilihan pendidikan bagi
kanak-kanak sebelum memasuki sekolah. Early Childhood adalah anak yang berusia
sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun. Pendidikan prasekolah adalah satu
program yang menyediakan pengalaman pembelajaran kanak-kanak yang berumur 4-6
tahun dalam jangka masa satu tahun atau lebih sebelum masuk ke tahun pertama di
sekolah formal. Konsep yang digunakan ialah “ Belajar Sambil Bermain”. Pendidikan
prasekolah bertujuan menyuburkan potensi kanak-kanak dalam semua aspek
perkembangan, menguasai kemahiran asas dan memupuk sikap positif sebagai
persediaan untuk masuk sekolah dasar.
1.
Ciri-ciri Anak Prasekolah
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial, dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma- norma kelompok, moral, dan tradisi.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau
bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan
sosial, atau norma- norma kehidupan bermasyarakat. Dalam proses perkembanganya
ada ciri- ciri yang melekat dan menyertai anak- anak tersebut. Menurut Snowman
(1993 dalam Patmonodewo, 2003) mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah (3-6
tahun) yang biasanya adalah anak TK. Ciri-ciri yang
dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.
Ciri Fisik
Anak Prasekolah Atau TK.
a)
Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah
memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan
yang dilakukan sendiri.
b)
Setelah anak melakukan berbagai
kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak
menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup.
c)
Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih
berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak
belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti misalnya,
mengikat tali sepatu.
d)
Anak masih sering mengalami
kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil
ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna.
e)
Walaupun tubuh anak lentur,
tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak.
f)
Walaupun anak lelaki lebih
besar, anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis,
khususnya dalam tugas motorik halus.
Ciri Sosial Anak Prasekolah atau TK
a)
Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu
atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat
menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang
dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat
dari jenis kelamin yang berbeda.
b)
Kelompok bermain cenderung
kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat
berganti-ganti.
c)
Anak lebih mudah seringkali bermain
bersebelahan dengan anak yang lebih besar.
Parten (1932)
dalam social participation among praschool children melalui pengamatannya
terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dapat membedakan beberapa tingkah
laku sosial:
a)
Tingkah laku unoccupied: anak tidak bermain
dengan sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang
temannya tanpa melakukan kegiatan apapun.
b)
Bermain soliter: anak bermain sendiri
dengan menggunakan alat permainan, berbeda
dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, mereka berusaha untuk
tidak saling berbicara.
c)
Tingkah laku onlooker: anak menghasilkan
tingkah laku dengan mengamati. Kadang memberi komentar tentang apa yang
dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama.
d)
Bermain pararel: anak-anak bermain dengan
saling berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain,
mereka menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak
saling bergantung.
e)
Bermain asosiatif: anak bermain dengan anak
lain tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain
dengan caranya sendiri-sendiri.
f)
Bermain kooperatif: anak bermain dalam kelompok di mana ada
organisasi. Ada pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain
dalam kegiatan, misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.
Ciri Emosional Pada Anak Prasekolah atau TK.
a)
Anak TK cenderung mengekspreseikan emosinya
dengan bebas dan terbuka.
b)
Iri hati pada anak prasekolah
sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.
c)
Takut disebabkan pembiasaan, peniruan, dan
ingatan tentang pengalaman kurang menyenangkan yang pada mulanya reaksi panik kemudian menjadi lebih khusus seperti
lari, menangis, dan bersembunyi.
d)
Gembira diekspresikan dengan tersenyum dan
tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat, dan memeluk benda atau orang yang
membuatnya bahagia.
e)
Cemburu
sering disebabkan karena mengira bahwa minat dan perhatian teralih darinya.
f)
Sedih terjadi
pada anak-anak karena mereka kehilangan sesuatu yang dicintai atau yang
dianggap penting bagi dirinya.
Ciri Kognitif Anak Prasekolah atau TK
a)
Anak prasekolah umumnya
terampil dalam berbahasa
b)
Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui
interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang.
Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig
(1973) menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi
kompeten dengan cara sebagai berikut:
Ø
Lakukan interaksi sesering
mungkin dan bervariasi dengan anak.
Ø
Tunjukkan minat terhadap apa
yang dilakukan dan dikatakan anak.
Ø
Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti
dan mendapatkan kesempatan dalam banyak hal.
Ø
Berikan kesempatan dan dorongan
maka untuk melakukan berbagai kegiatan secara mandiri.
Ø
Doronglah anak agar mau mencoba
mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah laku.
Ø
Tentukan batas-batas tingkah
laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya.
Ø
Kagumilah apa yang dilakukan
anak.
Ø
Sebaiknya apabila berkomunikasi
dengan anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.
2.
Pendidikan Anak Prasekolah
Dengan meningkatnya pemahaman tentang
bagaimana anak-anak kecil berkembang dan belajar, telah muncul penekanan yang
lebih besar pada pendidikan anak-anak kecil.
a)
Taman
kanak-kanak yang berpusat pada anak
Program
taman kanak-kanak sangat bervariasi. Sejumlah pakar dalam bidang pendidikan
masa awal anak-anak percaya bahwa kurikulum di kebanyakan taman kanak-kanak dan
program-program prasekolah dewasa ini menaruh terlalu banyak penekanan pada
prestasi dan keberhasilan. Hal itu menyebabkan anak-anak mengalami tekanan yang
terlalu dini dalam perkembagan mereka (Bredekamp & Shepard 1989; Burts
& others, in press; Charlesworth, 1989; Elkind, 1987, 1988; Moyer, Egertson
& Isenberg, 1987). Menaruh penekanan untuk keberhasilan semacam itu sama
sekali tidak sesuai dengan tujuan semula taman kanak-kanak didirikan.
Pada
tahun 1840-an, keprihatinan Friedrich Froebel akan kualitas pendidikan bagi
anak-anak kecil menuntunnya ke arah pendirian taman kanak-kanak, yang secara
harfiah berarti “taman bagi anak-anak”). Pendiri taman kanak-kanak itu mengerti
bahwa, seperti tanaman yang bertumbuh, anak-anak memerlukan pengasuhan yang
baik. Sayangnya, terlalu banyak taman kanak-kanak dewasa ini telah melupakan
pentingnya pengasuhan yang baik bagi anak-anak kecil bangsa ini.
o Child-Centered
Kindergarten
Pendidikan yang melibatkan seluruh anak dan mencakup kepedulian
akan perkembangan fisik, konitif dan sosial anak. Pembelajaran diorganisasikan
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan, minat dan gaya belajar anak. Penekananya adalah pada proses belajar dan bukan pada apa yang
dipelajari
b)
Praktik-praktik
yang Cocok dan Tidak Cocok Menurut Teori
Perkembangan
dalam Pendidikan Anak-anak Kecil
o Praktik yang Tidak Cocok dalam Pengajaran
Pengajaran langsung
melalui kegiatan yang bersifat abstrak dan melalui kertas dan pensil yang diberikan pada sejumlah anak kecil diyakini sebagai praktik
yang tidak cocok.
o Praktik yang Cocok dalam Pengajaran
Anak-anak
prasekolah dan sekolah
dasar paling baik belajar melalui metode-metode mengajar yang aktif dan
bersifat kongkret, seperti permainan dan bermain drama.
c)
Pengaruh
pada anak-anak jika masuk Prasekolah sebelum Taman kanak-kanak
Menurut
pakar perkembangan anak David Elkind (1987, 1988) para orang tua yang
berkompeten dan berdedikasi luar biasa serta memiliki waktu maupun energi dapat memberi ramuan dasar
pendidikan masa awal anak-anak di rumah merekA. Akan tetapi, bila orang tua tidak
memiliki komitmen, waktu,
energi, dan sumber-sumber
untuk memberi kepada anak-anak kecil suatu lingkungan yang baik bagi program
masa awal kanak-kanak, maka pertanyaannya
adalah apakah anak-anak tersebut harus mengikuti prasekolah.
Dalam
kasus ini, persoalannya bukan apakah prasekolah itu penting, tetapi apakah
bersekolah di rumah dapat benar-benar menurut program yang dapat ditawarkan
sebuah prasekolah yang berkompeten.
Peningkatan jumlah prasekolah publik
menegaskan pertumbuhan keyakinan bahwa pendidikan masa awal anak-anak harus
menjadi suatu unsur yang
sah dari pendidikan publik. Menurut pakar
perkembangan anak,
David Elkind (1988), pendidikan masa awal kanak-kanak sering kali tidak
dipahami dengan baik di tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Bahayanya ialah
bahwa pendidikan prasekolah publik
bagi anak-anak berusia 4 tahun akan menjadi tidak lebih dari suatu “perluasan
ke bawah” dari pendidikan dasar tradisional. Ini telah terjadi pada
program-program prasekolah yang memaksakan ujian, pekerjaan rumah (PR), dan
latihan kelompok pada anak usia 4 dan 5 tahun.
Elkind yakin bahwa pendidikan masa
awal anak-anak harus menjadi bagian dari pendidikan publik, tetapi berdasarkan
kondisinya sendiri. Walaupun mungkin terdapat beberapa tumpang-tindih dengan
kurikulum, evaluasi, manajemen kelas dan pelatihan guru pada tingkat-tingkat
atas persekolahan, hal itu sebenarnya tidak identik.
d) Pengaruh Pendidikan
Pada Masa Awal Anak-anak
Karena program taman kanak-kanak
dan prasekolah sangat beragam, sulit mengambil kesimpulan menyeluruh tentang
pengaruhnya terhadap perkembangan anak-anak. Namun demikian, dalam suatu
tinjauan tentang pengaruh pendidikan masa awal anak-anak, disimpulkan bahwa
anak-anak yang mengikuti prasekolah:
o Berinteraksi
lebih banyak dengan rekan-rekan sebayanya, baik positif maupun negatif
o Kurang
kooperatif dan kurang responsif
terhadap orang-orang dewasa dibanding anak-anak yang diasuh di rumah
o Lebih
berkompeten dan dewasa secara sosial
dalam arti mereka lebih percaya diri, mandiri, mengekspresikan diri secara
verbal, mengetahui dunia sosial,
bisa menyesuaikan diri dengan dunia sosial
dengan lebih baik ketika mereka masuk sekolah (memperlihatkan ketekunan dalam
menyelesaikan tugas, kepemimpinan, dan arah tujuan)
o Kurang
berkompeten secara sosial
dalam arti kurang sopan, kurang tunduk terhadap tuntutan-tuntutan guru, lebih
berisik, lebih agresif, dan lebih bossy,
utamanya bila sekolah atau keluarga mendukung perilaku tersebut
Singkatnya,
pendidikan masa awal anak-anak umumnya memiliki pengaruh positif terhadap perkembangannya,
meski kadang-kadang ada pengaruh
negatifnya. Penting untuk diingat bahwa
perkembangan anak-anak
kecil berlangsung disejumlah lingkup yang berbeda, tidak hanya di sekolah, dan
bahwa relasi di dalam salah satu lingkup itu keluarga juga berpengaruh
penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar