Selasa, 27 Mei 2014

Motivasi, Pengajaran & Pembelajaran




            Apakah Motivasi???
            Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
            Perspekstif Tentang Motivasi
            Perspektif psikologis menjelaskan motivasi dari perspektif yang berbeda, ada empat perspektif yaitu:
1.      Perspektif Behavioral
Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Intensif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat
2.      Perspektif Humanistis
Perspektif humanistis mrenekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka. Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar  tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan individu harus dipuaskan dalam urutan sebagi berikut:




                   ·         Fisiologis: lapar, haus, tidur
·         Keamanan ( safety): bertahan hidup, seperti perlindungan dari perang dan kejahatan
·         Cinta dan rasa memiliki: kasih sayang dan perhatian dari orang lain
·         Harga diri: menghargai diri sendiri
·         Aktualisasi diri: realisasi potensi diri
3.      Perspektif Kognitif
Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Perspektif ini juga menekankan arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan. Perspektif  kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.W.White (1959) yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yaitu  ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien. White mengatakan bhwa orang melakukan hal-hal tersebut bukan karena kebutuhan biologis, tetepi karena orang punya motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.
4.      Perspektif Sosial
Kebutuhan afilasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Hal ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afilasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orangtua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.

Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik
1.      Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, sorang murid belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik karena dengan nilai baik ia dijanjikan akan diberi hadiah.
2.      Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesutu itu sendiri. Misalnya, seorang belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu. Ada dua jenis motivasi ini:
·         Determinasi Diri dan Pilihan Personal
·         Pengalamn Optimal
Proses Kognitif Lainnya
Selain empat proses kognitif diatas ada empat proses kognitif lainnya berdasarkan perbedaan motivasi intrinsik dan ekstrinsik yaitu:
1.      Atribusi
Teori atribusi menyatakan bahwa dalam usaha mereka memahami perilaku atau kinerja sendiri, orang-orang termotivasi untuk menemukan sebab-sebab yang mendasarinnya. Atribusi adalah sebab-sebab yang dianggap menimbulkan hasil. Bernard Weiner (1986, 1992)  mengidentifikasikan tiga dimensi atribusi kausal yaitu:
·         Lokus. Persepsi murid tentang kesuksesan atau kegagalan sebagai akibat dari faktor internal atau eksternal yang mempengaruhi harga diri murid.
·         Stabilitas. Persepsi murid terhadap stabilitas dari suatu sebab yang mempengaruhi ekspektasi kesuksesannya.
·         Daya Kontrol. Persepsi murid tentang daya kontrol atas suatu sebab berhubungan dengan sejumlah hasil emosional seperti kemarahan, rasa bersalah, rasa kasihan dan rasa malu.
Kombinasi Atribusi Kausal dan Alasan Kegagalan Menurut Murid
1.      Internal-Stabil-Tak dapat dikontrol
  Kecerdasan rendah
2.      Internal-Stabil-Dapat dikontrol
Tak pernah belajar
3.      Internal-Tak stabil-Tak dapat dikontrol
 Sakit saat ujian
4.      Internal-Tak stabil- Dapat dikontrol
 Tidak belajar untuk mata ujian tertentu
5.      Eksternal-Stabil-Tak dapat dikontrol
Syarat sekolah sangat kaku
6.      Eksternal-Stabil-Dapat dikontrol
 Instruktunya bias
7.      Eksternal-Tak stabil-Tak dapat dikontrol
Tidak beruntung
8.      Eksternal-Tak stabil-Dapat dikontrol
 Kawan tak mau membantu   


Ada beberapa strategi yang sering dianjurkan psikolog pendidikan untuk membantu murid mengubah atribusinya mulai dari modeling, informasi tentang strategi, praktik, dan umpan balik, berkonsentrasi pada tugas sehinnga tidak takut gagal, mengatasi kegagalan dengan merunut kembali langkah-langkah untuk menemukan kesalahan, mengatribusikan kegagalan pada kurangnya usaha bukan pada kurangnya kemapuan.
2.      Motivasi untuk Menguasai
Yang berhubungan erat dengan ide tentang motivasi intrinsik dan atribusi adalah konsep motivasi penguasaan (mastery motivation). Para periset menyebut penguasaan ini sebagai salah satu dari tiga tipe orientasi prestasi: penguasaan, tak berdaya dan kinerja.
·         Orientasi untuk menguasai, pandangan personal yang melibatkan penguasaan tugas, sikap positif dan strategi berorientasi solusi
·         Orientasi tak berdaya, pandangan personal yang fokus pada ketidakmampuan personal, atribusi kesulitan pada kurangnya kemampuan, dan sikap negatif
·         Orientasi kinerja, pandangan personal yang lebih menitikberatkan pada kinerja atau hasil ketimbang prosesnya.
3.      Self Efficacy
Self efficacy adalah keyakinan pada diri sendiri bisa menguasai situasi dan memproduksi hasil positif. Menurut Bandura self efficacy adalah faktor penting yang mempengaruhi prestasi murid. Murid dengan self efficacy rendah lebih mungkun untuk menghindari  banyak tugas, khususnya yang menantang dan sulit, sedangkan murid dengan self efficacy yang tinggi mau mengerjakan tugas dan lebih mungkin tekun untuk berusaha menguasai tugas pembelajaran.
4.      Penentuan Tujuan, Perencanaan, dan Monitoring Diri
Para periset menemukan bahwa self efficacy  dan prestari akan meningkat jika murid menentukan tujuan jangka pendek yang spesifik dan menantang.

Kecemasan dan Prestasi
Kecemasan (anxiety) adalah perasaan takut dan kegundahan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan. Beberapa anak mengidap kecemasan tingkat tinggi lanataran orangtuanya membebankan standar prestasi yang tidak realistis pada diri anak mereka. Sejumlah program telah diciptakan untuk mengurangi tingkat kecemasan anak. Program intervensi terhadap kecemasan difokuskan pada aspek kekhawatiran, dimana program ini berusaha mengganti pemikiran yang destruktif dan negatif tentang kecemasan dengan pemikiran yang lebih positif dan konstruktif. Program ini efektif dalam meningkatkan prestasi.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar