Sabtu, 19 April 2014

Observasi Sekolah





Kelompok 14
Ketua kelompok          Yuha Nuraini 131301021
Anggota kelompok      :   Westley 091301094
                                       Delilah Wahyuni Tanjung 131301005
                                       Indah Sari Agustin Hulu 131301045
                                       Rika Arcela Putri 131301093

I.                   Profil Sekolah
1.      Nama sekolah        : SMA Kemala Bhyangkari 1 Medan
2.      Alamat                  : Jalan KH. Wahid Hasyim No. 1 M
3.      Uang sekolah        : Umum Rp.215.000
  Anak guru Rp.160.000
  Anak polisi Rp. 160.000
  Uang sarana prasarana Rp.1.000.000
4.      Akreditasi sekolah: A
5.      Jumlah Kelas         : 13 kelas
6.      Fasilitas Sekolah   : Ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang TU, ruang BK, ruang kelas, ruang OSIS, ruang alat marcing band, lapangan basket, lapangan futsal, laboratorium fisika & elektronika, laboratorium bahasa, laboratorium biologi & kimia, laboratorium komputer, perpustakaan, mushola, aula, UKS, kantin, rumah penjaga sekolah, parkiran, pos satpam, kamar mandi, 4 buah infocus ( 2 buah dalam keadaan rusak), dan wifi.
II.                Profil Kelas
Kelas observasi: X-3
Mata pelajaran : Fisika ( materi pemuaian)
Jumlah siswa   : 28/ 32 siswa
Barang-barang yang ada dalam kelas: 35 buah kursi, i buah whiteboard, i buah penghapus, 1 buah meja dan kursi guru, 1 buah lemari, 1 buah globe, 1 buah gambar presiden dan wakil presiden, 2 buah gambar pahlawan, 3 buah peta ( India, Asia Selatan, kekuasaan Kerajaan Tarumanegara), 1 buah sistem periodik unsur-unsur, 1 buah TV, 1 buah DVD, 1 buah kipas angin, 1 buah jam dinding, dan 4 buah lampu.
Lama observasi: 45 menit

III.             Laporan Hasil Observasi
}  Perencanaan pelajaran berupa teacher-centered, yaitu menciptakan sasaran behavioral, menganalisis tugas, dan menyusun taksonomi instruksional.
}  Adanya interaksi timbal balik antara murid dan guru yang berupa tanya jawab antara murid dengan guru
}  Keadaan siswa yang duduk dibelakang kurang fokus terhadap materi yang diberikan guru dan cenderung bercerita, sedangkan siswa yang duduk di depan lebih fokus dan serius terhadap materi yang diberikan guru.
}  Guru menerangkan materi dengan memberikan contoh yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga murid lebih mudah mengerti.
}  Guru mengajar dengan baik yang disertai sedikit humor sehingga siswa ikut berperan dan aktif terhadap pelajaran yang diberikan guru.
}  Guru yang cenderung mengajar disertai humor juga memiliki sisi negatif yang berupa murid tidak lagi takut terhadap guru dan merasa guru adalah teman sebaya nya sehingga rasa segan terhadap guru berkurang.
}  Ulangan diberikan kepada murid tiga kali dalam satu semester (2 bulan sekali).
}  Guru mengatakan bahwa murid kelas X sangat berbeda dengan murid-murid yang sebelumnya, karena 70%  murid masih tidak hapal dengan perkalian, inisiatif dan kreativitas siswa kelas X juga sangat kurang sekali dan rata-rata siswa kelas X masih membawa sifat SMP nya.
}  Penggunaan laboratorium dalam belajar-mengajar setiap pergantian materi baru yaitu kurang lebih 1 bulan sekali.
}  Laboratorium antara SMA dengan SMP jadi satu maka sangat mengganggu siswa dalam penggunaan laboratorium karena harus sesuaikan jadwal terlebih dahulu antara SMA dengan SMP, hanya laboratorium komputer saja yang terpisah antara SMA dengan SMP.
}  Penggunaan infokus dalam belajar-mengajar tergantung kebutuhan guru untuk menyampaikan materi.
}  Tata letak ruangan kelas kurang tepat karena dekat dengan lapangan futsal dan lapangan basket yang digunakan oleh siswa yang sedang berolahraga, sehingga keadaan kelas sangat terganggu oleh suara-suara siswa yang sedang berolahraga tersebut.
}  Tata letak alat-alat belajarnya sudah cukup baik, tetapi susunan barang-barang yang ada di dalam kelas masih kurang rapi seperti adanya salah satu peta yang berada di lantai, dan susunan kursi yang kurang rapi.
}  Siswa terbukti tidak peduli dengan kebersihan kelas, yaitu terdapat banyak sampah di dalam kelas.
}  Terdapatnya tempat duduk di halaman sekolah, tetapi tempat duduk tersebut ditutupi oleh kendaraan-kendaraan siswa yang parkir sehingga tempat duduk nya tidak dapat dipergunakan dengan baik oleh siswa.
}  Kebersihan halaman sekolah cukup bersih, tetapi kamar mandi dalam sekolah tidak bersih karena terdapat bau yang sangat tidak sedap dalam kamar mandi tersebut.
}  Rumah ibadah yang ada dalam sekolah hanya mushola, yang di dalamnya terdapat sajaddah dan mukenah yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru.
}  UKS pada sekolah beroperasi dengan baik, dan terdapat bidan yang bertugas di dalam UKS tersebut.
IV.             Analisis Teori Berdasarkan Hasil Observasi
}  Berdasarkan hasil pengamatan kami metode yang di berikan guru  saat menyampaikan materi sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh E.L Thorndike.
}  Thorndike berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Hal ini sesuai dengan apa yang  digunakan guru ketika menyampaikan materi pemuaian lewat contoh dalam kehidupan sehari-hari. Guru tidak secara langsung menyampaikan pengertian pemuain kepada siswanya.
}  Lewat contoh tersebut para siswa menganalisis serta mengembangkan penalarannya bahwa pemuain adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor.
}  Berdasarkan observasi yang telah kami lakukan di sekolah, terdapat analisis prilaku terapan yang berupa“Prompt” pada saat proses belajar-mengajar berlangsung.”Prompt”  adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan respons itu akan terjadi.
}  Sebagai contoh dari hasil pengamatan kami yaitu saat guru menjelaskan tentang materi(fisika:pemuaian) guru menanyakan contoh dari pemuaian yang murid lihat di kehidupansehari-harinya, kemudian murid sulit untuk mengatakan contoh tersebut sehingga guru melakukan sebuah“prompt”(tambahan isyarat) dengan cara guru mengatakan ciri-ciri spesifik dari contoh tersebut dan akhirnya dengan cepat murid menjawabnya.
}  Kami mengobservasi siswa kelas X SMA, sesuai tahap perkembangan kognitif menurut Piaget seusia murid ini termasuk kedalam tahap operasional formal. Dimana pada tahap ini remaja berpikir secara lebih abstrak, idealistis, dan logis. Tetapi belum secara keseluruhan siswa berpikir lebih abstrak, idealistis maupun logis.
}  Dalam periode perkembangan, siswa kelas X SMA termasuk kedalam periode perkembangan adolescence. Dimana pada periode perkembangan ini siswa mengalami perubahan fisik, semakin ingin bebas, dan mencari jati diri.
}  Dalam teori interferensi menyatakan bahwa kita lupa bukan karena kita kehilangan memori dari tempat penympanan, tetapi karena ada informasi lain yang menghambat upaya kita untuk mengingat informasi yang kita inginkan.
}  Berdasarkan hasil observasi kami teori interferensi tampak jelas terjadi pada siswa-siswa. Ketika guru bertanya tentang apa yang baru dijelaskan yaitu pengertian dari pemuaian, murid dapat menjawab.
}  Tetapi ketika guru menanyakan kembali apa pengertian dari pemuaian itu disaat guru sudah menambahkan penjelasannya yang berupa contoh dan rumus dari pemuaian, murid sudah tidak dapat mengingat kembali apa pengertian dari pemuaian tersebut.
V.                Evaluasi Terhadap Kinerja Kelompok
 Diawal kami mengetahui tugas kelompok untuk observasi ke sekolah. Banyak hal yang kami pikirkan kedepan. Dimulai dari pembuatan izin observasi, apa yang harus dilakukan di sekolah tersebut, apa yang akan kami rekam sebagai data, apa yang hendak kami ketikan sehingga menjadi laporan yang bagus, dsb. Beberapa hal tersebut menjadi tanggung jawab kami guna menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan. Kami harus berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan nilai yang maksimal juga. Kami mulai berpikir untuk meningkatkan usaha pada tugas, gigih saat menghadapi rintangan yang mungkin terjadi dalam waktu observasi, dan fokus pada tujuan observasi sekolah. Kami menjadi termotivasi dengan sendirinya. Sesuai dengan Model motivasi Prestasi John. W. Atkinson (1958) yang mengidentifikasikan individu untuk berjuang meraih sukses atau untuk menghindari kegagalan sebagai faktor motivasi utama. Jika motivasi untuk sukses pada diri individu cukup tinggi, dia akan melakukan tugas – tugas untuk berprestasi. Tetapi jika disposisi untuk menghindari kegagalannya tinggi, individu akan menghindari  tugas sulit, yaitu dengan cara menolak atau mengelak dengan cara lain (Covington, 1992). Masing-masing dari kami sudah menyadari bahwa kami perlu berusaha dengan baik untuk mencapai suatu hasil yang baik.
            Dari awal juga kami mulai membagi tugas antara lain :
·         Meminta izin kepada pihak sekolah : Yuha Nuraini.
·         Memberi surat izin ke sekolah : Westley, Yuha Nuraini, Delilah Wahyuni, Indah Sari, Rika Arcella Putri.
·         Melaksanakan observasi : Westley, Yuha Nuraini, Delilah Wahyuni, Indah Sari, Rika Arcella Putri.
·         Mengambil dokumentasi observasi : Westley, Yuha Nuraini
·         Mencatat sebagai laporan observasi : Delilah Wahyuni, Indah Sari, Rika Arcella Putri.
·         Mencatat setting kelas dan setting sekolah : Westley, Yuha Nuraini, Delilah Wahyuni, Indah Sari, Rika Arcella Putri.

Dengan pembagian tugas ini, kami dapat mengumpulkan data untuk observasi dengan cepat dan semaksimal mungkin. Dengan kata lain, setiap anggota kelompok punya tugas masing-masing, sehingga tugas pun dapat selesai tepat pada waktunya.
            Selama proses perkuliahan mata kuliah pendidikan, kami juga diberi bekal pengetahuan yang banyak dari Dosen pengampu mata kuliah. Teori-teori serta contoh yang diberikan sangat membantu dalam proses kami melakukan observasi di SMA Kemala Bhayangkari I Medan. Penerapan proses dari hasil belajar teori kami terapkan sebagai dasar kami untuk mencari informasi dan mengerjakan observasi. Hal ini sama dengan yang dijelaskan oleh Gagne mengenai transfer belajar. Pada akhir belajar, pemahaman baru mengenai teori psikologi pendidikan diaplikasikan ke dalam situasi baru yaitu observasi dan akan dibentuk (dikonstruksi) untuk diingat kembali sehingga dapat digunakan di masa yang akan datang.
VI.             Pendapat Kelompok Tentang Observasi
Yuha Nuraini (13-021)
Kelompok kami telah melakukan observasi di sekolah SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan. Saya melihat keadaan murid di sekolah tersebut menurun dari tahun-tahun yang sebelumnya. Dimana pada saat ini murid-muridnya sudah tidak disiplin seperti dulu. Keadaan guru-guru yang terlalu membawakan diri seperti anak muda cenderung tidak disegani oleh muridnya. Dengan keadaan yang seperti itu seharusnya guru-guru harus tetap kelihatan tegas walaupun umur guru masih muda, agar murid segan dan menghormati guru selayaknya orangtua mereka. Dalam sekolah tersebut kami juga menemukan salah satu murid yang dapat dikatakan berbeda dengan murid yang lainnya. Murid tersebut tidak dapat menerima pelajaran seperti murid yang lainnya, sehingga guru harus mengajari murid tersebut dengan pelan-pelan dan lebih memberikannya perhatian hingga murid tersebut dapat menangkap pelajaran. Dengan keadaan yang seperti itu, murid tersebut pun sering di bully oleh teman-temannya. Tapi saya salut dengannya karena sangat ramah disaat kami datang kesekolah tersebut.
 Dalam pelaksanaan observasi ini saya turut senang karena pihak sekolah sangat ramah dan mengizinkan kelompok kami untuk melakukan observasi dalam rangka melaksanakan tugas observasi sekolah yang diberikan oleh Dosen pengampu pada mata kuliah Psikologi Pendidikan. Kepala sekolah, guru-guru, hingga murid-muridnya pun ikut serta membantu kami memberikan informasi untuk melengkapi data hasil observasi kami, sehingga pelaksanaan observasi ini berlangsung dengan lancar. Saya juga senang dengan kerjasama kelompok yang saling membantu dalam menyelesaikan tugas observasi sekolah ini, yang dimulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga evaluasi dan laporan, sehingga tugas kami dapat diselesaikan dengan baik dan semoga kami dapat mencapai nilai yang maksimal dari tugas yang telah kami laksanakan ini. Terima kasih.

Westley (09-084)
SMA Kemala Bhayangkari I Medan perlu meninjau kembali Kurikulum yang tepat untuk seluruh murid. Selain melihat kinerja dari guru, masih banyak yang perlu dibenahi. Fasilitas sekolah seperti lampu, jaringan internet, bangku dan meja kelas, dan peralatan yang masih kurang untuk mendukung siswa belajar. Pihak sekolah juga perlu melihat ketegasan dan kedisiplinan  guru dalam mengajar sehingga murid mau terlibat seutuhnya dalam proses belajar mengajar. Pihak sekolah juga seharusnya dapat mengatur jam olahraga dengan jam belajar siswa. Lingkungan yang tidak kondusif juga menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkan prestasi siswa.  Proses belajar mengajar siswa SMA Kemala Bhayangkari I Medan masih sama seperti yang saya lihat beberapa lalu. Namun disini saya membandingkannya dengan beberapa SMA di kota medan. Guru lebih banyak memberikan informasi dibanding dengan siswa. Siswa hanya mendengarkan guru. Padahal diharapkan bahwa siswa lebih aktif dalam kelas, sehingga ilmu yang didapatkan juga semaksimal mungkin.
            Saya secara pribadi cukup menikmati kunjungan kami ke SMA Kemala Bhayangkari I Medan, sambutan hangat dari kepala sekolah dan guru-guru yang ikut membantu serta siswa yang mau bekerja sama sehingga kami mendapatkan data hasil observasi ini. Akhir kata semoga kami dapat mencapai nilai yang maksimal dari tugas observasi ini. Terimakasih


Delilah Wahyuni (13-005)
Tugas observasi ini sangat menyenangkan karena baru  pertama kalinya saya melakukan observasi ke sekolah. Walaupun ada sedikit kendala saat kami melakukan observasi, secara keseluruhan tugas observasi ini berjalan cukup lancar. Kami melakukan observasi di SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN. Pihak sekolah cukup baik dan ramah sehingga memudahkan kami untuk melakukan observasi. Pada saat observasi kami menemukan bahwa  konsep E-learning  disekolah ini mulai diterapkan. Menurut saya konsep E-learning sangat bagus diterapkan  seiring dengan berkembangnya teknologi. Pada zaman sekarang ini setiap siswa sudah dituntut untuk menguasai teknologi. Dengan metode ini akan menambah  pengalaman dan wawasan  para siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Pada saat proses belajar mengajar para siswa juga cukup aktif dalam menanggapi materi yang disampaikan guru sehingga membuat suasana kelas tidak membosankan. Dengan adanya tugas observasi ini menambah pengalaman dan wawasan kami dalam proses pembelajaran.

Indah Sari (13-045)
Saya suka dengan cara mengajar gurunya  di dalam kelas, dimana guru tersebut mengikutsertakan para siswa untuk aktif belajar, memberi tanggapan atau pendapat, sehingga pikiran siswa juga ikut terbuka. Selain itu, guru-guru juga ramah dan tidak segan berbagi cerita tentang keadaan sekolah mereka. Di sekolah SMA Kemala Bhayangkari ini juga tidak membedakan murid-murid. Murid yang kita katakan seharusnya bersekolah di SLB, tetapi sekolah tersebut mau menerima nya dan memperlakukannya sebagaimana murid normal lainnya sehingga murid tersebut tidak merasa sendiri dan tertekan di sekolah itu. Saya kurang suka dengan sikap murid kepada gurunya, karena hamper semua guru yang ada disekolah itu masih tergolong muda, murid-murid jadi berkurang sopan dan santunnya dan menganggap guru mereka itu seumuran dengan mereka.

Rika Arcella Putri (13-093)
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan di SMA Bhayangkari,Saya berpendapat bahwa kondisi yang ada di sekolah(termasuk fasilitas) sekolah belum dapat menjembatani proses belajar mengajar.Sebagai contoh,kondisi di luar kelas yang berisik yang berakibat pada terganggunya proses belajar mengajar yang ada di dalam kelas.Selain itu fasilitas yang dapat mempermudah proses belajar mengajar belum dapat digunakan secara efektif.contohnya di dalam kelas ada fasilitas berupa televise(Tv) yang dapat dipergunakan mempermudah murid memahai pelajaran karena TV bisa menjadi media untuk ilustrasi gambar dan suara tetapi TV tersebut belum dimanfaatkan sehingga terkesan TV tersebut hanya sebuah pajangan kelas saja.Dari segi proses belajar mengajar,meskipun guru menjadi pusat pembelajaran tetapi murid juga aktif dalam proses belajar mengajar sehingga membuat suasana belajar mengajar menjadi hidup.
Saya rasa untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah tersebut fasilitas dan kondisi lingkungan harus dikondusifkan sehingga bisa mencapai proses pembelajaran yang efiisien,usaha lain yang dapat dilakukan adalah semua pihak yang terkait dengan sekolah harus berperan aktif dan saling bahu membahu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah tersebut misalnya dengan membuat peraturan tentang disiplin (misalnya walaupun tidak ada guru berhalangan hadir murid harus tetap di kelas) selama proses belajar mengajar.
VII.          Dokumentasi






Selasa, 08 April 2014

Cara Mengajar yang Efektif




            Mengajar adalah hal yang kompleks dan murid-muridnya juga bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal (Diaz, 1997). Guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi, dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal ini membutuhkan dua hal utama:
1.      Pengetahuan dan Keahlian Profesional
Guru yang efektif menguasai materi pelajaran, keahlian atau keterampilan mengajar yang baik. Guru yang efektif juga  memiliki strategi pengajaran yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan pengajaran, dan manajemen kelas. Mereka juga tahu bagaimana memotivasi, berkomunikasi, dan berhubungan secara efektif dengan murid-murid dari beragam latar belakang kultural. Selain itu, mereka juga harus mamahami cara menggunakan teknologi yang tepat guna di dalam kelas.
·         Penguasaan Materi Pelajaran
 Guru yang efektif  harus berpengetahuan, fleksibel, dan memahami materi. Tentu saja, pengetahuan subjek materi bukan hanya mencakup fakta, istilah, dan konsep umum. Hal ini juga membutuhkan pengetahuan tentang dasar-dasar pengorganisasian materi , mengaitkan berbagai gagasan, cara berfikir dan berargumen, pola perubahan dalam satu mata pelajaran, kepercayaan tentang mata pelajaran, dan kemampuan mengaitkan suatu gagasan dari suatu disiplin ilmu ke disiplin ilmu lainnya.
·         Strategi Pengajaran
Dalam strategi pengajaran ini ada yang dinamakan dengan prinsip kontruktivisme yang merupakan inti filsafat pendidikan Willian James dan John Dewey. Prinsip kontruktivisme menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun  pengetahuan dan pemahaman. Menurut pandangan kontruktivitas , gurubukan sekedar memeberi informasi ke pikiran anak, akan tetapi guru harus mendorong anak untuk mengekplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung, dan berpikir secara ktitis. Dewasa ini, kontruktivisme juga menekankan pada kolaborasi anak-anak saling bekerja sama untuk mengetahui dan memahami pelajaran. Seorang guru yang menganut filosofi kontruktivitas tidak akan meminta anak sekadar menghapal informasi, tetapi juga memberi mereka peluang untuk membangun pengetahuan dan pemahaman materi pelajaran. Namun, tidak semua orang setuju dengan pandangan kontruktivitas ini. Beberapa pendidik lama masih percaya bahwa guru harus mengarahkan dan mengontrol cara belajar anak. Mereka juga percaya bahwa kontruktivitas sering tidak fokus pada tugas akademik dasar atau kurang memerhatikan prestasi anak.
·         Penetapan Tujuan dan Keahlian Perencanaan Intruksional
Guru  yang efektif  tidak sekadar mengajar di kelas. Mereka harus menentukan tujuan pengajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan. Dalam menyusun rencana, guru juga harus mimikirkan tentang cara gar pelajaran bisa menantang sekaligus mearik bagi muri-muridnya.
·         Keahlian Manajemen Kelas
Aspek lain untuk menjadi guru yang efektif  adalah mampu menkaga kelas kelas tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas. Guru yang efektif juga harus membangun dan mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif. Agar lingkungan optimal, guru perlu senantiasa meninjau ulang strategi penataan dan prosedur pengajaran, pengorganisasian kelompok, monitoring, dan mengaktifkan kelas, serta managani tindakan murid yang menggangu kelas.
·         Keahlian Motivasional
Guru yang efektif punya strategi yang baik untuk memotivasi murid agar mau belajar. Motivasi paling baik didorong dengan memberi kesempatan murid untuk belajar dan memilih sesuatu sesuai minat mereka.
·         Keahlian Komunikasi
Yang amat diperlukan juga untuk mengajar adalah keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi nonverbal murid, dan mampu memecahakan konflik secara konstruktif.
·         Bekerja Secara Efektif dengan Murid dari Latar Belakang Kultural yang Berbeda
·         Keahlian Teknologi
Teknologi sendiri tidak selalu meningkatkan kemampuan belajar murid. Dibutuhkan syarat atau kondisi lain untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung proses belajar murid. Kondisi-kondisi ini antara lain: visi dan dukungan dari tokoh pendidikan, guru yang menguasai teknologi untuk pembelajaran, standar dan si kurikulum, penilaian efektivitas teknologi untuk pembelajran, dan memandang anak sebagai pembelajar yang aktif dan konstruktif.
2.      Komitmen dan Motivasi
Menjadi guru yang efektif juga membutuhkan komitmen dan motivasi. Aspek ini mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada murid. Guru pemula sering kali melaporkan bahwa dibutuhkan investasi waktu dan usaha yang besar untuk menjadi guru yang efektif. Koitmen dan motivasi dapat membantu guru yang efektif untuk melewati masa-masa yang sulit dan melelahkan dalam mengajar. Guru yan efektif juga punya kepercayaan diri terhadap kemampuan mereka dan tidak akan membiarkan emosi negatif melunturkan motivasi mereka.