Jumat, 07 Maret 2014

Sekilas Tentang Psikologi Pendidikan




            Sebelum kita membahas lebih jauh tentang psikologi pendidikan ada baiknya kita terlebih dahulu mengetahui apa sih psikologi itu??? Yang kebanyakan orang mendefenisikannya sebagai ilmu tentang jiwa. Nah, disini kita akan membahas apa sih sebenarnya defenisi psikologi itu. Psikologi adalah ilmu pengetahuan  yang mempelajari perilaku dan proses mental. Dalam defenisi ini terdapat tiga istilah penting yaitu: ilmu pengetahuan, perilaku, dan proses-proses mental.
            Sebagai sebuah ilmu pengetahuan (science), psikologi menggunakan metode ilmu pengetahuan yang sistematis untuk mengamati perilaku manusia dan menarik kesimpulan. Tujuan ilmu pengetahuan psikologi adalah menggambarkan, meramalkan, dan menjelaskan perilaku. Perilaku (behavior) adalah segala sesuatu yang kita lakukan yang dapat diamati secara langsung. Sebagai contoh, bayi menagis, mahasiswa belajar, dosen menjelaskan dll. Proses mental (mental process) adalah berbagai pikiran, perasaan, dan motivasi yang dialami oleh kita secara pribadi, namun tidak dapat diamati secara langsung. Misalnya seseorang termotivasi untuk belajar lebih giat lagi ketika melihat temannya mendapat nilai bagus.
            Psikologi memiliki beberapa cabang ilmu seperti psikologi klinis, psikologi kesehatan, psikologi umum dan eksperimen, psikologi perkembangan, psikologi industri dan organisasi, psikologi sosial, psikologi forensik, dan psikologi pendidikan. Disini kita akan membahas tentang psiklogi pendidikan yaitu suatu cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan.
            Bidang psikologi pendidikan didirikan oleh beberapa psikolog sebelum awal abad
 ke-20. Ada beberapa tokoh terkemuka diawal kemunculan psikologi pendidikan.
1.      William James (1842-1910)
James mengatakan bahwa eksperimen psikologi dalam laboratorium sering kali tidak bisa menjelaskan kepada kita bagaimana mengajar anak secara efektif. Dia juga menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar dan mengajar guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas cakrawala pemikiran anak.
2.      John Dewey (1859-1952)
Tokoh kedua yang berperan besar dalam membentuk psikologi pendidikan adalah John Dewey. Pertama, Dewey  memandang anak sebagai pembelajr aktif (active learner). Sebelum Dewey mengemukakan pandangan ini, ada keyakinan bahwa anak-anak  mestinya duduk diam di kursi mereka dan mendengarkan pelajaran secara pasif dan sopan. Dewey percaya bahwa anak-anak akan belajar lebih baik jika mereka aktif. Kedua, menurut Dewey pendidikan seharusnya difokuskan pada anak  secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya, serta anak-anak harus belajar agar mampu memecahkan masalah secara reflektif. Ketiga, Dewey mengemukakan bahwa semua anak berhak mendapat pendidikan yang selayaknya.
3.      E.L.Thorndike (1874-1949)
Thorndike memberi banyak perhatian pada penilaian dan pengukuran serta perbaikan dasar-dasar belajar secara ilmiah. Thorndike berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak.
            Perkembangan psikologi pendidikan lebih lanjut yaitu pada pandangan B.F.Skinner (1983) seorang psikolog Amerika yang mendasarkan pandangannya pada ide-ide Thorndike. Skinner berpendapat bahwa proses mental yang dikemukakan oleh psikolog seperti James dan Dewey adalah proses mental yang tidak dapat diamati dan tidak bisa menjadi subjek studi ilmiah tentang kondisi-kondisi yang mengendalikan perilaku. Pada 1950-an, Skinner mengembangkan konsep programmed learning ( pembelajaran terprogram), yaitu serangkaian langkah yang terus didorong (reinforced) untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Skinner menciptakan alat pengajaran yang berfungsi sebagai tutor dan mendorong murid untuk mendapatkan jawaban yang benar.
            Akan tetapi muncul keberatan terhadap pendekatan behavioral yang dianggap tidak memperdulikan banyak tujuan dan kebutuhan pendidik di kelas. Pada 1950-an Benjamin Bloom menciptakan taksonomi keahlian kognitif yang mencakup pengingatan, pemahaman, dan pengevaluasian yang menurutnya harus dipakai dan dikembangkan oleh guru untuk membantu murid-muridnya. Ulasan dari Annual Review of Pshycology yang menyatakan       “ perspektif kognitif mengimplikasikan bahwa analisis behavioral terhadap intruksi sering kali tidak cukup untuk menjelaskan efek dari intruksi terhadap pembelajaran”. Revolusi kognitif dalam bidang psikologi disambut hangat karena pendekatan ini mengaplikasikan konsep psikologi kognitif yaitu memori, pemikiran, penalaran dan sebagainya. Menjelang akhir abad ke-20 para psikolog pendidikan kembali menekankan aspek kognitif dari proses belajar. Selanjutnya pendekatan kognitif dan behavioral menjadi bagian dari psikologi pendidikan dan beberapa dekade terakhir para psikolog pendidikan mulai memperhatikan aspek sosioemosional sebagai bagian dari pembelajaran psikologi pendidikan.
            Sekian dulu pembahasan tentang psikologi pendidikan kali ini kita akan membahas lebih banyak lagi di postingan selanjuntnya,,,
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar