Sebelum kita membahas lebih jauh tentang psikologi
pendidikan ada baiknya kita terlebih dahulu mengetahui apa sih psikologi itu???
Yang kebanyakan orang mendefenisikannya sebagai ilmu tentang jiwa. Nah, disini
kita akan membahas apa sih sebenarnya defenisi psikologi itu. Psikologi adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari
perilaku dan proses mental. Dalam defenisi ini terdapat tiga istilah penting
yaitu: ilmu pengetahuan, perilaku, dan proses-proses mental.
Sebagai sebuah ilmu pengetahuan (science), psikologi
menggunakan metode ilmu pengetahuan yang sistematis untuk mengamati perilaku
manusia dan menarik kesimpulan. Tujuan ilmu pengetahuan psikologi adalah
menggambarkan, meramalkan, dan menjelaskan perilaku. Perilaku (behavior) adalah
segala sesuatu yang kita lakukan yang dapat diamati secara langsung. Sebagai
contoh, bayi menagis, mahasiswa belajar, dosen menjelaskan dll. Proses mental
(mental process) adalah berbagai pikiran, perasaan, dan motivasi yang dialami
oleh kita secara pribadi, namun tidak dapat diamati secara langsung. Misalnya
seseorang termotivasi untuk belajar lebih giat lagi ketika melihat temannya
mendapat nilai bagus.
Psikologi memiliki beberapa cabang ilmu seperti psikologi
klinis, psikologi kesehatan, psikologi umum dan eksperimen, psikologi
perkembangan, psikologi industri dan organisasi, psikologi sosial, psikologi
forensik, dan psikologi pendidikan. Disini kita akan membahas tentang psiklogi
pendidikan yaitu suatu cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara
memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan.
Bidang psikologi pendidikan didirikan oleh beberapa
psikolog sebelum awal abad
ke-20. Ada beberapa tokoh terkemuka diawal
kemunculan psikologi pendidikan.
1. William
James (1842-1910)
James mengatakan bahwa eksperimen
psikologi dalam laboratorium sering kali tidak bisa menjelaskan kepada kita
bagaimana mengajar anak secara efektif. Dia juga menegaskan pentingnya
mempelajari proses belajar dan mengajar guna meningkatkan mutu pendidikan.
Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih
tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk
memperluas cakrawala pemikiran anak.
2. John
Dewey (1859-1952)
Tokoh kedua yang berperan besar dalam
membentuk psikologi pendidikan adalah John Dewey. Pertama, Dewey memandang
anak sebagai pembelajr aktif (active learner). Sebelum Dewey mengemukakan
pandangan ini, ada keyakinan bahwa anak-anak
mestinya duduk diam di kursi mereka dan mendengarkan pelajaran secara
pasif dan sopan. Dewey percaya bahwa anak-anak akan belajar lebih baik jika
mereka aktif. Kedua, menurut Dewey
pendidikan seharusnya difokuskan pada anak
secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi
dengan lingkungannya, serta anak-anak harus belajar agar mampu memecahkan
masalah secara reflektif. Ketiga,
Dewey mengemukakan bahwa semua anak berhak mendapat pendidikan yang selayaknya.
3. E.L.Thorndike
(1874-1949)
Thorndike memberi banyak perhatian pada penilaian
dan pengukuran serta perbaikan dasar-dasar belajar secara ilmiah. Thorndike
berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang paling penting
adalah menanamkan keahlian penalaran anak.
Perkembangan psikologi pendidikan lebih lanjut yaitu pada
pandangan B.F.Skinner (1983) seorang psikolog Amerika yang mendasarkan pandangannya
pada ide-ide Thorndike. Skinner berpendapat bahwa proses mental yang
dikemukakan oleh psikolog seperti James dan Dewey adalah proses mental yang
tidak dapat diamati dan tidak bisa menjadi subjek studi ilmiah tentang
kondisi-kondisi yang mengendalikan perilaku. Pada 1950-an, Skinner
mengembangkan konsep programmed learning
( pembelajaran terprogram), yaitu serangkaian langkah yang terus didorong
(reinforced) untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Skinner menciptakan alat
pengajaran yang berfungsi sebagai tutor dan mendorong murid untuk mendapatkan
jawaban yang benar.
Akan tetapi muncul keberatan terhadap pendekatan
behavioral yang dianggap tidak memperdulikan banyak tujuan dan kebutuhan
pendidik di kelas. Pada 1950-an Benjamin Bloom menciptakan taksonomi keahlian
kognitif yang mencakup pengingatan, pemahaman, dan pengevaluasian yang
menurutnya harus dipakai dan dikembangkan oleh guru untuk membantu
murid-muridnya. Ulasan dari Annual Review
of Pshycology yang menyatakan “
perspektif kognitif mengimplikasikan bahwa analisis behavioral terhadap
intruksi sering kali tidak cukup untuk menjelaskan efek dari intruksi terhadap
pembelajaran”. Revolusi kognitif dalam bidang psikologi disambut hangat karena
pendekatan ini mengaplikasikan konsep psikologi kognitif yaitu memori,
pemikiran, penalaran dan sebagainya. Menjelang akhir abad ke-20 para psikolog
pendidikan kembali menekankan aspek kognitif dari proses belajar. Selanjutnya
pendekatan kognitif dan behavioral menjadi bagian dari psikologi pendidikan dan
beberapa dekade terakhir para psikolog pendidikan mulai memperhatikan aspek
sosioemosional sebagai bagian dari pembelajaran psikologi pendidikan.
Sekian dulu pembahasan tentang psikologi pendidikan kali
ini kita akan membahas lebih banyak lagi di postingan selanjuntnya,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar