Pada 1963 presiden John Kennedy mengatakan “ Perdamaian
adalah proses harian, mingguan, bulanan, dalam opini yang terus berubah,
pelan-pelan menggerus rintangan lama, diam-diam membangun struktur baru”. Ketegangan
etnis dan kultural kerap kali mengancam perdamaian. Pendidikan multukultural
diharapkan dapat memberi sumbangan untuk mewujudkan apa yang diinginkan oleh
pemimpin hak-hak sipil Marthin Luther King.
Pendidikan multikultural
adalah pendidikan yang menghargai perbedaan yang mewadahi beragam perspektif
dari berbagai kelompok kultural.Tujuan penting dari pendidikan multikultural:
·
Pemerataan kesempatan bagi semua murid
·
Memperempit gap prestasi akademi antara
murid kelompok utama dan minoritas
Pendidikan
multikultural muncul dari gerakan hak-hak sipil pada 1960-an dan gerakan untuk
pemerataan kesetaraan dan keadilan sosial dalam masyarakat untuk wanita serta
orang kulit berwarna. Sebagai sebuah bidang pendidikan multikultural mencakup
isu-isu yang berkaitan dengan status sosioekonomi, etnisitas, dan gender. Komponen
utama dari pendidikan multikultural:
·
Reduksi prasangka adalah aktivitas yang
dapat diimplementasikan guru dikelas untuk mengeliminasi pandangan negatif dan
stereotip terhadap orang lain.
·
Pedagogi ekuitas adalh modifikasi proses
pengajaran dengan memasukkan materi dan strategi pembelajaran yang tepat baik
itu untuk anak laki-laki maupun perempuan dan untuk semua kelompok etnis.
Memberdayakan Murid
Istilah
pemberdayaan (empowerement) berarti memberi orang kemampuan intelektual dan
keterampilan memecahkan masalah agar berhasil dan menciptakan dunia yang lebih
adil.
Pada tahun 1960-an sampai 1980-an, pendidikan
multikultural dititikberatkan pada usaha memberdayakan murid dan memperbaiki
dan memperbaiki representasi kelompok minoritas dan kultural dalam kurikulum
dan buku ajar. Menurut pandangan ini, sekolah harus memberi murid kesempatan
untuk belajar tentang pengalaman, perjuangan, dan visi dari berbagai kelompok
etnis yang berbeda-beda. Harapannya adalah:
·
Meningkatkan rasa harga diri minoritas
·
Mengurangi prasangka
·
Memberikan kesempatan pendidikan yang
lebih setara
·
Membantu untuk lebih toleran kepada
kelompok minoritas
Sonia
Nieto (1922), seorang keturunan Puerto Rico yang besar di New York City,
percaya bahwa pendidikannya membuat latar belakang kulturalnya terlihat buruk. Dia
memberikan rekomendasi sebagai berikut:
·
Kurikulum sekolah harus jelas antirasis
dan antidiskriminasi
·
Pendidikan multikultural harus menjadi
bagian dari setiap pendidikan murid
·
Murid harus dilatih untuk lebih sadar
budaya (kultur). Ini berarti mengajak murid untuk lebih terampil dalam menganalisis
kultur dan lebih menyadari faktor historis, sosial, dan politik yang membentuk
pandangan mereka tentang kultur dan etnis
Pengajaran yang Relevan Secara Kultural
Pengajaran
yang relevan secara kultural adalah aspek penting dari pendidikan
multikultural. Pengajaran ini dimaksudkan untuk menjalin hubungan dengan
latarbelakang kultural dari pelajar. Pakar pendidikan multikultural percaya
bahwa guru yang baik akan mengetahui dan mengintegrasikan pengajaran yang
relevan secara kultural kedalam kurikulum karena akan membantu pengajaran
menjadi lebih efektif.
Meningkatkan
Hubungan di Antara Anak dari Kelompok Etnis yang Berbeda-beda
Ada
sejumlah strategi dan program untuk meningkakan hubungan antar anak dari
kelompok etnis yang berbeda-beda.
1.
Kelas
Jigsaw
Kelas dimana murid dari berbagai latar
belakang kultural yang berbeda diminta untuk bekerja sama untuk mengerjakan
beberapa bagian yang berbeda dari suatu tugas untuk meraih tujuan yang sama.
2.
Kontak
Personal dengan Orang Lain dari Latar Belakang yang Berbeda
3.
Pengambilan
Perspektif
Latihan dan aktivitas yang membatu murid
melihat perspektif orang lain dapat meningkat relasi antar etnis.
4.
Pemikiran
Kritis dan Inteligensi Emosional
Murid yang belajar berpikir secara
mendalam dan kritis tentang relasi antar-etnis kemungkinan akan berkurang
prasangkanya dan tak lagi menstreotipkan orang lain
5.
Mengurangi
Bias
Louise Derman-Sparks dan Anti-Bias
curriculum task Force (1989) menciptakan sejumlah alat untuk membantu anak
mengurangi, mengelola, atau bahkan mengeliminasi bias. Berikut ini beberapa
strategi antibias yang direkomendasikan untuk guru:
o
Memasang gambar anak dari berbagai latar
belakang etnis
o
Pemilihan materi drama, seni, dan
aktivitas kelas yang meperkaya pemahaman etnis
o
Menggunakan boneka “persona” untuk anak
kecil
o
Menolak stereotip dan diskriminasi
o
Membangun dialog antara guru dan
orangtua