Kelompok 14 (1) from RIKA12
Kelompok 14
Ketua kelompok : Yuha Nuraini 131301021
Anggota kelompok : Westley 091301094
Rika Arcela Putri 131301093
I.
Profil Sekolah
1. Nama
sekolah : SMA Kemala Bhyangkari 1
Medan
2. Alamat
:
Jalan KH. Wahid Hasyim No. 1 M
3. Uang
sekolah : Umum Rp.215.000
Anak guru Rp.160.000
Anak polisi Rp. 160.000
Uang sarana prasarana Rp.1.000.000
4. Akreditasi
sekolah: A
5. Jumlah
Kelas : 13 kelas
6. Fasilitas
Sekolah : Ruang guru, ruang kepala
sekolah, ruang TU, ruang BK, ruang kelas, ruang OSIS, ruang alat marcing band,
lapangan basket, lapangan futsal, laboratorium fisika & elektronika,
laboratorium bahasa, laboratorium biologi & kimia, laboratorium komputer, perpustakaan,
mushola, aula, UKS, kantin, rumah penjaga sekolah, parkiran, pos satpam, kamar
mandi, 4 buah infocus ( 2 buah dalam keadaan rusak), dan wifi.
II.
Profil Kelas
Mata
pelajaran : Fisika ( materi pemuaian)
Jumlah
siswa : 28/ 32 siswa
Barang-barang
yang ada dalam kelas: 35 buah kursi, i buah whiteboard, i buah penghapus, 1
buah meja dan kursi guru, 1 buah lemari, 1 buah globe, 1 buah gambar presiden
dan wakil presiden, 2 buah gambar pahlawan, 3 buah peta ( India, Asia Selatan,
kekuasaan Kerajaan Tarumanegara), 1 buah sistem periodik unsur-unsur, 1 buah
TV, 1 buah DVD, 1 buah kipas angin, 1 buah jam dinding, dan 4 buah lampu.
Lama
observasi: 45 menit
III.
Laporan Hasil Observasi
} Perencanaan pelajaran berupa teacher-centered, yaitu
menciptakan sasaran behavioral, menganalisis tugas, dan menyusun taksonomi
instruksional.
} Adanya interaksi timbal balik antara murid dan guru
yang berupa tanya jawab antara murid dengan guru
} Keadaan siswa yang duduk dibelakang kurang fokus
terhadap materi yang diberikan guru dan cenderung bercerita, sedangkan siswa
yang duduk di depan lebih fokus dan serius terhadap materi yang diberikan guru.
} Guru menerangkan materi dengan memberikan contoh yang
dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga murid lebih mudah mengerti.
} Guru mengajar dengan baik yang disertai sedikit humor
sehingga siswa ikut berperan dan aktif terhadap pelajaran yang diberikan guru.
} Guru yang cenderung mengajar disertai humor juga
memiliki sisi negatif yang berupa murid tidak lagi takut terhadap guru dan
merasa guru adalah teman sebaya nya sehingga rasa segan terhadap guru
berkurang.
} Ulangan diberikan kepada murid tiga kali dalam satu
semester (2 bulan sekali).
} Guru mengatakan bahwa murid kelas X sangat berbeda
dengan murid-murid yang sebelumnya, karena 70%
murid masih tidak hapal dengan perkalian, inisiatif dan kreativitas
siswa kelas X juga sangat kurang sekali dan rata-rata siswa kelas X masih
membawa sifat SMP nya.
} Penggunaan laboratorium dalam belajar-mengajar setiap
pergantian materi baru yaitu kurang lebih 1 bulan sekali.
} Laboratorium antara SMA dengan SMP jadi satu maka
sangat mengganggu siswa dalam penggunaan laboratorium karena harus sesuaikan
jadwal terlebih dahulu antara SMA dengan SMP, hanya laboratorium komputer saja
yang terpisah antara SMA dengan SMP.
} Penggunaan infokus dalam belajar-mengajar tergantung
kebutuhan guru untuk menyampaikan materi.
} Tata letak ruangan kelas kurang tepat karena dekat
dengan lapangan futsal dan lapangan basket yang digunakan oleh siswa yang
sedang berolahraga, sehingga keadaan kelas sangat terganggu oleh suara-suara
siswa yang sedang berolahraga tersebut.
} Tata letak alat-alat belajarnya sudah cukup baik,
tetapi susunan barang-barang yang ada di dalam kelas masih kurang rapi seperti
adanya salah satu peta yang berada di lantai, dan susunan kursi yang kurang
rapi.
} Siswa terbukti tidak peduli dengan kebersihan kelas,
yaitu terdapat banyak sampah di dalam kelas.
} Terdapatnya tempat duduk di halaman sekolah, tetapi
tempat duduk tersebut ditutupi oleh kendaraan-kendaraan siswa yang parkir
sehingga tempat duduk nya tidak dapat dipergunakan dengan baik oleh siswa.
} Kebersihan halaman sekolah cukup bersih, tetapi kamar
mandi dalam sekolah tidak bersih karena terdapat bau yang sangat tidak sedap
dalam kamar mandi tersebut.
} Rumah ibadah yang ada dalam sekolah hanya mushola,
yang di dalamnya terdapat sajaddah dan mukenah yang dapat digunakan oleh siswa
ataupun guru.
} UKS pada sekolah beroperasi dengan baik, dan terdapat
bidan yang bertugas di dalam UKS tersebut.
IV.
Analisis Teori Berdasarkan Hasil
Observasi
} Berdasarkan
hasil pengamatan kami metode yang di berikan guru saat menyampaikan materi sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh E.L Thorndike.
} Thorndike
berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah adalah menanamkan
keahlian penalaran anak. Hal ini sesuai dengan apa yang digunakan guru ketika menyampaikan materi
pemuaian
lewat contoh dalam kehidupan sehari-hari. Guru tidak secara langsung
menyampaikan pengertian pemuain kepada siswanya.
} Lewat
contoh tersebut para siswa menganalisis serta mengembangkan penalarannya bahwa
pemuain adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan suhu atau
bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor.
} Berdasarkan observasi yang telah kami lakukan di
sekolah, terdapat analisis prilaku terapan yang berupa“Prompt” pada saat
proses belajar-mengajar berlangsung.”Prompt”
adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan
sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan respons itu akan terjadi.
} Sebagai contoh dari hasil pengamatan kami yaitu saat
guru menjelaskan tentang materi(fisika:pemuaian) guru menanyakan contoh dari
pemuaian yang murid lihat di kehidupansehari-harinya, kemudian murid sulit
untuk mengatakan contoh tersebut sehingga guru melakukan sebuah“prompt”(tambahan
isyarat) dengan cara guru mengatakan ciri-ciri spesifik dari contoh tersebut
dan akhirnya dengan cepat murid menjawabnya.
} Kami mengobservasi siswa kelas X SMA, sesuai tahap
perkembangan kognitif menurut Piaget seusia murid ini termasuk kedalam tahap
operasional formal. Dimana pada tahap ini remaja berpikir secara lebih
abstrak, idealistis, dan logis. Tetapi belum secara keseluruhan siswa berpikir
lebih abstrak, idealistis maupun logis.
} Dalam periode perkembangan, siswa kelas X SMA termasuk
kedalam periode perkembangan adolescence. Dimana pada periode
perkembangan ini siswa mengalami perubahan fisik, semakin ingin bebas, dan
mencari jati diri.
} Dalam teori interferensi menyatakan bahwa kita
lupa bukan karena kita kehilangan memori dari tempat penympanan, tetapi karena
ada informasi lain yang menghambat upaya kita untuk mengingat informasi yang
kita inginkan.
} Berdasarkan hasil observasi kami teori interferensi
tampak jelas terjadi pada siswa-siswa. Ketika guru bertanya tentang apa yang
baru dijelaskan yaitu pengertian dari pemuaian, murid dapat menjawab.
} Tetapi ketika guru menanyakan kembali apa pengertian
dari pemuaian itu disaat guru sudah menambahkan penjelasannya yang berupa
contoh dan rumus dari pemuaian, murid sudah tidak dapat mengingat kembali apa
pengertian dari pemuaian tersebut.
V.
Evaluasi Terhadap Kinerja Kelompok
Diawal
kami mengetahui tugas kelompok untuk observasi ke sekolah. Banyak hal yang kami
pikirkan kedepan. Dimulai dari pembuatan izin observasi, apa yang harus
dilakukan di sekolah tersebut, apa yang akan kami rekam sebagai data, apa yang
hendak kami ketikan sehingga menjadi laporan yang bagus, dsb. Beberapa hal
tersebut menjadi tanggung jawab kami guna menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan. Kami harus
berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan nilai yang maksimal juga. Kami
mulai berpikir untuk meningkatkan usaha pada tugas, gigih saat menghadapi
rintangan yang mungkin terjadi dalam waktu observasi, dan fokus pada tujuan
observasi sekolah. Kami menjadi termotivasi dengan sendirinya. Sesuai dengan
Model motivasi Prestasi John. W. Atkinson (1958) yang mengidentifikasikan
individu untuk berjuang meraih sukses atau untuk menghindari kegagalan sebagai
faktor motivasi utama. Jika motivasi untuk sukses pada diri individu cukup
tinggi, dia akan melakukan tugas – tugas untuk berprestasi. Tetapi jika
disposisi untuk menghindari kegagalannya tinggi, individu akan
menghindari tugas sulit, yaitu dengan cara menolak atau mengelak dengan
cara lain (Covington, 1992). Masing-masing dari kami sudah menyadari bahwa kami
perlu berusaha dengan baik untuk mencapai suatu hasil yang baik.
Dari awal juga kami mulai membagi
tugas antara lain :
·
Meminta izin kepada pihak sekolah : Yuha Nuraini.
·
Memberi surat izin ke sekolah : Westley, Yuha Nuraini, Delilah Wahyuni,
Indah Sari, Rika Arcella
Putri.
·
Melaksanakan
observasi : Westley,
Yuha Nuraini, Delilah Wahyuni, Indah Sari, Rika Arcella Putri.
·
Mengambil dokumentasi observasi : Westley, Yuha Nuraini
·
Mencatat
sebagai laporan observasi : Delilah Wahyuni, Indah Sari, Rika Arcella Putri.
·
Mencatat
setting kelas dan setting sekolah : Westley, Yuha Nuraini, Delilah Wahyuni,
Indah Sari, Rika Arcella
Putri.
Dengan
pembagian tugas ini, kami dapat mengumpulkan data untuk observasi dengan cepat
dan semaksimal mungkin. Dengan kata lain, setiap anggota kelompok punya tugas
masing-masing, sehingga tugas pun dapat selesai tepat pada waktunya.
Selama proses perkuliahan mata
kuliah pendidikan, kami juga diberi bekal pengetahuan yang banyak dari Dosen pengampu mata kuliah.
Teori-teori serta contoh yang diberikan sangat membantu dalam proses kami
melakukan observasi di SMA
Kemala Bhayangkari I Medan. Penerapan proses dari hasil
belajar teori kami terapkan sebagai dasar kami untuk mencari informasi dan
mengerjakan observasi. Hal ini sama dengan yang dijelaskan oleh Gagne mengenai
transfer belajar. Pada akhir belajar, pemahaman baru mengenai teori psikologi
pendidikan diaplikasikan ke dalam situasi baru yaitu observasi dan akan
dibentuk (dikonstruksi) untuk diingat kembali sehingga dapat digunakan di masa
yang
akan datang.
VI.
Pendapat Kelompok Tentang Observasi
Yuha
Nuraini (13-021)
Kelompok kami
telah melakukan observasi di sekolah SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan. Saya
melihat keadaan murid di sekolah tersebut menurun dari tahun-tahun yang
sebelumnya. Dimana pada saat ini murid-muridnya sudah tidak disiplin seperti
dulu. Keadaan guru-guru yang terlalu membawakan diri seperti anak muda
cenderung tidak disegani oleh muridnya. Dengan keadaan yang seperti itu
seharusnya guru-guru harus tetap kelihatan tegas walaupun umur guru masih muda,
agar murid segan dan menghormati guru selayaknya orangtua mereka. Dalam sekolah
tersebut kami juga menemukan salah satu murid yang dapat dikatakan berbeda
dengan murid yang lainnya. Murid tersebut tidak dapat menerima pelajaran
seperti murid yang lainnya, sehingga guru harus mengajari murid tersebut dengan
pelan-pelan dan lebih memberikannya perhatian hingga murid tersebut dapat
menangkap pelajaran. Dengan keadaan yang seperti itu, murid tersebut pun sering
di bully oleh teman-temannya. Tapi saya salut dengannya karena sangat ramah
disaat kami datang kesekolah tersebut.
Dalam pelaksanaan observasi ini saya turut
senang karena pihak sekolah sangat ramah dan mengizinkan kelompok kami untuk
melakukan observasi dalam rangka melaksanakan tugas observasi sekolah yang
diberikan oleh Dosen pengampu pada mata kuliah Psikologi Pendidikan. Kepala
sekolah, guru-guru, hingga murid-muridnya pun ikut serta membantu kami
memberikan informasi untuk melengkapi data hasil observasi kami, sehingga
pelaksanaan observasi ini berlangsung dengan lancar. Saya juga senang dengan
kerjasama kelompok yang saling membantu dalam menyelesaikan tugas observasi
sekolah ini, yang dimulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga evaluasi dan
laporan, sehingga tugas kami dapat diselesaikan dengan baik dan semoga kami
dapat mencapai nilai yang maksimal dari tugas yang telah kami laksanakan ini.
Terima kasih.
Westley
(09-084)
SMA
Kemala Bhayangkari I Medan perlu meninjau kembali Kurikulum yang tepat untuk
seluruh murid. Selain melihat kinerja dari guru, masih banyak yang perlu
dibenahi. Fasilitas sekolah seperti lampu, jaringan internet, bangku dan meja
kelas, dan peralatan yang masih kurang untuk mendukung siswa belajar. Pihak
sekolah juga perlu melihat ketegasan dan kedisiplinan guru dalam mengajar sehingga murid mau
terlibat seutuhnya dalam proses belajar mengajar. Pihak sekolah juga seharusnya
dapat mengatur jam olahraga dengan jam belajar siswa. Lingkungan yang tidak
kondusif juga menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkan prestasi
siswa. Proses belajar mengajar siswa SMA
Kemala Bhayangkari I Medan masih sama seperti yang saya lihat beberapa lalu.
Namun disini saya membandingkannya dengan beberapa SMA di kota medan. Guru
lebih banyak memberikan informasi dibanding dengan siswa. Siswa hanya
mendengarkan guru. Padahal diharapkan bahwa siswa lebih aktif dalam kelas,
sehingga ilmu yang didapatkan juga semaksimal mungkin.
Saya secara pribadi cukup menikmati
kunjungan kami ke SMA Kemala Bhayangkari I Medan, sambutan hangat dari kepala
sekolah dan guru-guru yang ikut membantu serta siswa yang mau bekerja sama
sehingga kami mendapatkan data hasil observasi ini. Akhir kata semoga kami
dapat mencapai nilai yang maksimal dari tugas observasi ini. Terimakasih
Delilah Wahyuni (13-005)
Tugas
observasi ini sangat menyenangkan karena baru
pertama kalinya saya melakukan observasi ke sekolah. Walaupun ada
sedikit kendala saat kami melakukan observasi, secara keseluruhan tugas
observasi ini berjalan cukup lancar. Kami melakukan observasi di SMA KEMALA
BHAYANGKARI 1 MEDAN. Pihak sekolah cukup baik dan ramah sehingga memudahkan
kami untuk melakukan observasi. Pada saat observasi kami menemukan bahwa konsep E-learning disekolah ini mulai diterapkan. Menurut saya
konsep E-learning sangat bagus diterapkan
seiring dengan berkembangnya teknologi. Pada zaman sekarang ini setiap
siswa sudah dituntut untuk menguasai teknologi. Dengan metode ini akan
menambah pengalaman dan wawasan para siswa dan guru dalam proses
pembelajaran. Pada saat proses belajar mengajar para siswa juga cukup aktif
dalam menanggapi materi yang disampaikan guru sehingga membuat suasana kelas
tidak membosankan. Dengan adanya tugas observasi ini menambah pengalaman dan
wawasan kami dalam proses pembelajaran.
Indah Sari (13-045)
Saya
suka dengan cara mengajar gurunya di
dalam kelas, dimana guru tersebut mengikutsertakan para siswa untuk aktif
belajar, memberi tanggapan atau pendapat, sehingga pikiran siswa juga ikut
terbuka. Selain itu, guru-guru juga ramah dan tidak segan berbagi cerita
tentang keadaan sekolah mereka. Di sekolah SMA Kemala Bhayangkari ini juga
tidak membedakan murid-murid. Murid yang kita katakan seharusnya bersekolah di
SLB, tetapi sekolah tersebut mau menerima nya dan memperlakukannya sebagaimana
murid normal lainnya sehingga murid tersebut tidak merasa sendiri dan tertekan
di sekolah itu. Saya kurang suka dengan sikap murid kepada gurunya, karena hamper
semua guru yang ada disekolah itu masih tergolong muda, murid-murid jadi
berkurang sopan dan santunnya dan menganggap guru mereka itu seumuran dengan
mereka.
Rika Arcella Putri (13-093)
Berdasarkan
hasil observasi yang kami lakukan di SMA Bhayangkari,Saya berpendapat bahwa
kondisi yang ada di sekolah(termasuk fasilitas) sekolah belum dapat
menjembatani proses belajar mengajar.Sebagai contoh,kondisi di luar kelas yang
berisik yang berakibat pada terganggunya proses belajar mengajar yang ada di
dalam kelas.Selain itu fasilitas yang dapat mempermudah proses belajar mengajar
belum dapat digunakan secara efektif.contohnya di dalam kelas ada fasilitas
berupa televise(Tv) yang dapat dipergunakan mempermudah murid memahai pelajaran
karena TV bisa menjadi media untuk ilustrasi gambar dan suara tetapi TV
tersebut belum dimanfaatkan sehingga terkesan TV tersebut hanya sebuah pajangan
kelas saja.Dari segi proses belajar mengajar,meskipun guru menjadi pusat
pembelajaran tetapi murid juga aktif dalam proses belajar mengajar sehingga
membuat suasana belajar mengajar menjadi hidup.
Saya rasa untuk meningkatkan mutu
pembelajaran di sekolah tersebut fasilitas dan kondisi lingkungan harus
dikondusifkan sehingga bisa mencapai proses pembelajaran yang efiisien,usaha
lain yang dapat dilakukan adalah semua pihak yang terkait dengan sekolah harus
berperan aktif dan saling bahu membahu meningkatkan mutu pembelajaran di
sekolah tersebut misalnya dengan membuat peraturan tentang disiplin (misalnya
walaupun tidak ada guru berhalangan hadir murid harus tetap di kelas) selama
proses belajar mengajar.
VII.
Dokumentasi