Sabtu, 22 Maret 2014

Teori Ekologi Bronfenbrenner




Kelompok 14

            Teori ekologi  dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner (1917) yang berfokus pada konteks sosial dimana anak tinggal dan orang-orang yang memengaruhi perkembangan anak. Teori ekologi adalah pandangan sosiokultural Bronfenbrenner tentang perkembangan, yang terdiri dari lima sistem lingkungan yang merentang dari interaksi interpersonal dengan agen-agen sosial sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas. Lima sistem lingkungan tersebut terdiri dari mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem

1.      Mikrosistem (microsystem)
Mikrosistem adalah setting dimana individu menghabiskan banyak waktu. Beberapa konteks dalam sistem ini antara lain adalah keluarga, teman sebaya, sekolah dan tetangga. Dalam mikrosistem ini, individu  berinteraksi langsung dengan orangtua, guru, teman sebaya, dan orang lain. Menurut Bronfenbrenner, murid bukan penerima pengalaman secara pasif didalam setting ini, tetapi murid adalah orang yang berinteraksi secara timbal balik dengan orang lain dan membantu mengkonstruksi setting terebut.
Contoh dalam kehidupan:
Ketika saya duduk di bangku sekolah menengah pertama saya menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah daripada di rumah mulai dari pagi sampai sore hari. Karena selain sekolah di pagi hari kami juga mengikuti les tambahan usai pulang sekolah. Dalam semua pelajaran khususnya ilmu pengetahuan sosial kami di tuntut aktif dalam kelas. Dalam mata pelajaran ini guru menggunakan metode mengajar dengan diskusi dan mempersentasikan hasil diskusi tersebut didepan kelas. Saat persentasi semua siswa diwajibkan untuk memberi pertanyaan, ktitikan atau saran. Hal ini dilakukan guru untuk memotivasi siswanya agar berperan aktif dalam kelas. Hal ini berkaitan dengan mikrosistem dari teori ekologi Bronfenbrenner dimana  individu disini berinteraksi langsung dengan guru dan temannya.

2.       Mesosistem (mesosystem)
Mesosistem meliputi hubungan beberapa mikrosistem atau hubungan beberapa konteks. Seperti hubungan antara pengalaman dalam  keluarga dengan pengalaman di sekolah, dan antara keluarga dan teman sebaya.
Contoh dalam kehidupan:
Sewaktu sekolah dasar tugas yang saya kerjakan baik pekerjaan rumah maupun tugas yang dikerjakan disekolah dimalam harinya selalu diperiksa orangtua. Apabila tugas yang di kerjakan tersebut nilainya jelek orangtua saya akan memberi kesempatan untuk memperbaiki nilai tersebut denga saya rajin belajar. Saya tidak langsung di marahi karena menurut orangtua saya anak yang diberi kesempatan untuk merperbaiki dirinya akan jauh lebih baih baik daripada ditekan karena kesalahannya.
3.      Eksosistem (exosystem)
Eksosistem terjadi ketika pengalaman di setting lain (dimana murid tidak berperan aktif) mempengaruhi pengalaman murid dan guru dalam konteks mereka sendiri.
Contoh dalam kehidupan:
        Dalam keluarga orangtua yang memegang peranan dalam mengatur keuangan keluarga seorang anak hanya menerima saja tanpa ikut campur dalam hal tersebut.

4.      Makrosistem (makrosystem)
Makrosistem meliputi kebudayaan dimana individu hidup. Kebudayan mengacu pada pola perilaku, keyakinan, dan semua produk lain dari sekelompok manusia yang diteruskan dari genersi ke generasi. Kebudayan merupakan istilah yang mencakup peran etnis dan faktor sosioekonomi dalam perkembangan anak. Studi lintas budaya yang membandingkan antara satu kebudayan dengan satu atau lebih kebudayaan lain telah memberi informasi tentang generalitas perkembangan.
Contoh dalam kehidupan:
Di daerah sekitar lingkungan saya masih banyak orangtua yang hanya menyekolahkan anaknya sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama. Hal ini  disebabkan status ekonomi keluarganya. Dan kebanyakan yang disekolahkan pun hanya anak laki-laki. Namun seiring berkembangnya zaman para orangtua mulai menyadari pendidikan sangat penting untuk anak-anaknya baik itu laki-laki maupun perempuan.

5.      Kronosistem (kronosystem)
Kronosistem meliputi pemolaan peristiwa-peristiwa lingkungan dan transisi sepanjang rangkaian kehidupan dari keadaan-keadaan sosiohistoris perkembangan anak.
Contoh dalam kehidupan:
                        Ketika kelas 1 SMA kami mulai dihadapkan dengan pelajaran yang selalu menggunakan komputer yaitu pelajaran “ teknologi, informasi dan komunikasi”. Dulu waktu SMP saat pelajaran ini guru hanya memberi kami catatan tentang komputer dan beberapa penggunaan softwarenya. Di SMA kami dituntut untuk bisa mengoperasikan   komputer,  saya sangat bingung langkah-langkah apa yang harus dikerjakan. Untuk membantu kami guru memberi kami buku pedoman dan praktek setiap minggunya. Dengan giat belajar kami mulai mengerti tentang komputer.
                       
Bronfenbrenner semakin banyak memberi perhatian kepad kronosistem sebagai sistem lingkungan  yang penting. Dia memerhatikan dua problem penting yaitu: banyaknya anak di Amerika yang hidup dalam kemiskinan, terutama keluarga single parent  dan penurunan nilai-nilai.
Teori Bronfenbrenner banyak mendapat popularitas di tahun-tahun belakngan ini. Teori ini memberi kerangka teoritis untuk mengkaji konteks sosial secara sistematis, baik itu di tingkat mikro maupun makro. Teori ini juga menjembatani teori antara teori behavoiral yang berfokus pada setting kecil dan teori antropologi yang menganalisis setting yang lebih luas. Teorinya memicu perhatian orang pada arti penting kehidupan anak pada setting yang lebih dari satu. Seperti guru yang sering kali perlu mempertimbangkan bukan hanya apa yang terjadi di dalam kelas, tetapi juga apa yang tejadi dalam keluarga, lingkungan, dan kelompok teman sebaya si murid.
Beberapa kritik juga dilontarkan terhadap teori ekologi karena kurang menggali faktor-faktor biologis dan juga kurang memberi perhatian erhadap faktor-faktor kognitif dalam perkembangan anak. Teori ini juga tidak membahas perubahan perkembangan bertahap  seperti teori Piaget dan Erikson.

 

Selasa, 11 Maret 2014

TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN




            Pada zaman sekarang ini teknologi sangat penting terutama dalam dunia pendidikan, dengan adanya teknologi akan membantu dunia pendidikan dalam mencapai tujuannya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Seperti internet misalnya, dengan adanya internet para siswa dapat mencari refrensi lain dari pelajaran mereka selain dari buku pegangan yang diberikan guru. Tentunya dalam mengakses internet para siswa juga dibimbing untuk memilih mana informasi yang positif dan yang negatif buat mereka. Berikut ini ada beberapa manfaat teknologi dalam bidang pendidikan:
1.      Dijadikan alat dalam mendukung pengembangan pengetahuan bagi para siswa
2.       Merupakan salah satu sarana informasi yang sangat mendukung dalam proses belajar siswa serta dalam hal pencarian dan pengidentifikasian informasi yang diperlukan siswa
3.       Dapat dijadikan sebagai perbandingan kepercayaan, perspektif, dan pandangan terhadap dunia
4.      Sebagai media sosial yang dipergunakan untuk mendukung proses berbicara bagi siswa yang terkadang enggan berbicara didepan umum
5.      Dipergunakan untuk berdiskusi, penyampaian pendapat serta membangun konsensus antar anggota
6.      Dapat dipergunakan sebagai mitra intelektual dalam perananya untuk mendukung para pelajar
7.      Dapat membantu pelajar dalam mengartikulasikan dan memprentasikan ilmu apa yang mereka ketahui tentang sesuatu hal
8.      Dijadikan alat dalam meningkatkan mutu pendidikan dan sekolah yang menerapkannya
9.      Dapat membantu meningkatkan efektifitas serta efisiensi proses belajar dan mengajar (siswa dan guru)
10.  Dipergunakan untuk mempermudah pelajar dalam mencapai tujuan pendidikan


·         Revolusi Teknologi
Murid-murid dewasa ini tumbuh di dunia yang jauh berbeda dengan di masa ketika orangtua atau kakek mereka menjadi murid. Jika murid ingin siap kerja , teknologi harus menjadi bagian integral dari sekolah dan pelajaran di kelas mereka. Revolusi teknologi merupakan bagian dari masyarakat informasi dimana kita hidup. Orang menggunakan komputer, bolpoin, surat, dan telepon untuk berkomunikasi. Masyarakat informasi baru masih mengandalkan beberapa keahlian nonteknologi mendasar seperti: keterampilan berkomunikasi, kemampuan memecahkan masalah, berpikir mendalam, berpikir kreatif, dan bersikap positif. Akan  tetapi di dunia yang  kini berorientasi teknologi kompetensi orang makin ditantang dan diperluas dengan cepat.
Teknologi sudah menjadi bagian dari sekolah selama beberapa dekade, tetapi masih dipakai secara sederhana dan berubah dengan lamban. Namun masa sekarang ini teknologi sudah berubah drastis. Misalkan seorang guru harus mengajar murid tentang ekologi gurun pasir. Untuk sekolah yang tidak  berlokasi di kawasan gurun, pendekatan tradisoinalnya adalah menyuruh murid membaca topik dalam buku ajar,  atau mungkin dengan mengamati beberapa reptil gurun ditetarium, mendengarkan pemaparan tentang topik. Cara lain yang jauh berbeda adalah menggunakan paket CD-ROM di kelas untuk mengeksplorasi ekologi gurun pasir. Murid mengekspolarasi siklus hewan dan tumbuhan gurun  membuat lingkungan gueun dikomputer, menambah tanaman dan hewan di gurun, dan kemudian mencari tahu apakah pilihan hewan dan tanaman mereka bisa bertahan hidup di gurun. Penggunaan teknologi komputer dalam mempelajari kehidupan di gurun ini menghasilkan pembelajaran yang lebih ekspolaratif dan interaktif ketimbang hanya dengan membaca buku atau mendengar paparan deskripsinya dari guru. Namun, walaupun berpotensi meningkatkan pembelajaran murid  sekolah masih ketinggalan dalam memanfaatkan teknologi. Komputer masih sering dipaki untuk kegiatan yang biasa, bukan untuk pembelajaran yang konsruktif dan aktif. Kenyataan ini berarti bahwa pembelajaran di sekolah belum direvolusionerkan secara teknologis.
·         Internet
Internet adalah inti dari komunikasi melalui komputer. Sistem  internet berisi ribuan jaringan komputer ynag terhubung di seluruh dunia, menyediakan informasi yang tak terhingga yang dapat diakses murid.
Worl Wide Web adalah sisitem pengambilan informasi hypermedia yang menghubungkan berbagai materi internet yang mencakup teks dan grafis. Website adalah lokasi individu atau organisasi di internet. E-mail adalah singkatan dari electronic mail dan merupakan bagian lain yang penting dari internet. Pesan dapat dikirim dan diterima dari individu atau dari banyak individu sekaligus.
Berikut ini beberapa cara efektif  untuk menggunakan internet dalam kelas:
1.      Untuk membantu menavigasi dan mengintegrasikan pengetahuan. Internet  mempunyai database informasi besar tentang berbagai topik yang diorganisasikan dalam banyak cara yang berbeda. Saat murid mengeksplorasi sumber-sumber internet, mereka bisa menempatkan sendiri karya mereka dalam riset dengan menyusun proyek yang mengintekrasikan informasi dari beragam sumber.
2.      Mendorong belajar bersama. Salah satu cara paling efektif  untuk menggunakan internet di kelas adalah melalui aktivitas proyek atau tugas untuk kelompok kecil. Internet punya banyak informasi yang berbeda-beda yang bisa di manfaatkan tim untuk memperbaiki tugas atau penelitian mereka.
3.      Menggunakan e-mail. Murid dapat berkomunikasi dengan pakar melalui
e-mail, yang membebaskan beban guru sebagai satu-satunya orang yang berpengetahuan di lingkungan pendidikan.
·         Teknologi dan Diversitas Sosiokultural
Teknologi membawa beberapa isu sosial. Misalnya, akankah penggunaan teknologi di sekolah, terutama komputer akan memperlebar jurang perbedaan antara simiskin dan sikaya, atau pria dan wanita? Problem akses komputer dan pemanfaatannya juga diperparah karena makin banyaknya komputer di rumah keluarga kelas menengah keatas. Juga problem kesenjangan antar keloompok etnis.
Berikut beberapa rekomendasi untuk mencegah atau mengurangi kesenjangan dalam akses dan penggunaan komputer:
1.      Saring materi teknologi untuk menghilangkan bias gender, kultural dan etnis
2.      Gunakan teknologi sebagai alat untuk menyediakan kesempatan pembelajaran yang aktif dan konstruktif untuk semua murid dari semua latar belakang gender , etnis, dan kultural
3.      Beri murid informasi tentang pakar dari latar belakang gender dan etnis yang berbeda yang menggunakan teknologi secara efektif di dalam kehidupan dan karier mereka.
4.      Bicaralah dengan orangtua tentang pemberian aktivitas belajar berbasis komputer di rumah.


Jumat, 07 Maret 2014

Sekilas Tentang Psikologi Pendidikan




            Sebelum kita membahas lebih jauh tentang psikologi pendidikan ada baiknya kita terlebih dahulu mengetahui apa sih psikologi itu??? Yang kebanyakan orang mendefenisikannya sebagai ilmu tentang jiwa. Nah, disini kita akan membahas apa sih sebenarnya defenisi psikologi itu. Psikologi adalah ilmu pengetahuan  yang mempelajari perilaku dan proses mental. Dalam defenisi ini terdapat tiga istilah penting yaitu: ilmu pengetahuan, perilaku, dan proses-proses mental.
            Sebagai sebuah ilmu pengetahuan (science), psikologi menggunakan metode ilmu pengetahuan yang sistematis untuk mengamati perilaku manusia dan menarik kesimpulan. Tujuan ilmu pengetahuan psikologi adalah menggambarkan, meramalkan, dan menjelaskan perilaku. Perilaku (behavior) adalah segala sesuatu yang kita lakukan yang dapat diamati secara langsung. Sebagai contoh, bayi menagis, mahasiswa belajar, dosen menjelaskan dll. Proses mental (mental process) adalah berbagai pikiran, perasaan, dan motivasi yang dialami oleh kita secara pribadi, namun tidak dapat diamati secara langsung. Misalnya seseorang termotivasi untuk belajar lebih giat lagi ketika melihat temannya mendapat nilai bagus.
            Psikologi memiliki beberapa cabang ilmu seperti psikologi klinis, psikologi kesehatan, psikologi umum dan eksperimen, psikologi perkembangan, psikologi industri dan organisasi, psikologi sosial, psikologi forensik, dan psikologi pendidikan. Disini kita akan membahas tentang psiklogi pendidikan yaitu suatu cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan.
            Bidang psikologi pendidikan didirikan oleh beberapa psikolog sebelum awal abad
 ke-20. Ada beberapa tokoh terkemuka diawal kemunculan psikologi pendidikan.
1.      William James (1842-1910)
James mengatakan bahwa eksperimen psikologi dalam laboratorium sering kali tidak bisa menjelaskan kepada kita bagaimana mengajar anak secara efektif. Dia juga menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar dan mengajar guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas cakrawala pemikiran anak.
2.      John Dewey (1859-1952)
Tokoh kedua yang berperan besar dalam membentuk psikologi pendidikan adalah John Dewey. Pertama, Dewey  memandang anak sebagai pembelajr aktif (active learner). Sebelum Dewey mengemukakan pandangan ini, ada keyakinan bahwa anak-anak  mestinya duduk diam di kursi mereka dan mendengarkan pelajaran secara pasif dan sopan. Dewey percaya bahwa anak-anak akan belajar lebih baik jika mereka aktif. Kedua, menurut Dewey pendidikan seharusnya difokuskan pada anak  secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya, serta anak-anak harus belajar agar mampu memecahkan masalah secara reflektif. Ketiga, Dewey mengemukakan bahwa semua anak berhak mendapat pendidikan yang selayaknya.
3.      E.L.Thorndike (1874-1949)
Thorndike memberi banyak perhatian pada penilaian dan pengukuran serta perbaikan dasar-dasar belajar secara ilmiah. Thorndike berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak.
            Perkembangan psikologi pendidikan lebih lanjut yaitu pada pandangan B.F.Skinner (1983) seorang psikolog Amerika yang mendasarkan pandangannya pada ide-ide Thorndike. Skinner berpendapat bahwa proses mental yang dikemukakan oleh psikolog seperti James dan Dewey adalah proses mental yang tidak dapat diamati dan tidak bisa menjadi subjek studi ilmiah tentang kondisi-kondisi yang mengendalikan perilaku. Pada 1950-an, Skinner mengembangkan konsep programmed learning ( pembelajaran terprogram), yaitu serangkaian langkah yang terus didorong (reinforced) untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Skinner menciptakan alat pengajaran yang berfungsi sebagai tutor dan mendorong murid untuk mendapatkan jawaban yang benar.
            Akan tetapi muncul keberatan terhadap pendekatan behavioral yang dianggap tidak memperdulikan banyak tujuan dan kebutuhan pendidik di kelas. Pada 1950-an Benjamin Bloom menciptakan taksonomi keahlian kognitif yang mencakup pengingatan, pemahaman, dan pengevaluasian yang menurutnya harus dipakai dan dikembangkan oleh guru untuk membantu murid-muridnya. Ulasan dari Annual Review of Pshycology yang menyatakan       “ perspektif kognitif mengimplikasikan bahwa analisis behavioral terhadap intruksi sering kali tidak cukup untuk menjelaskan efek dari intruksi terhadap pembelajaran”. Revolusi kognitif dalam bidang psikologi disambut hangat karena pendekatan ini mengaplikasikan konsep psikologi kognitif yaitu memori, pemikiran, penalaran dan sebagainya. Menjelang akhir abad ke-20 para psikolog pendidikan kembali menekankan aspek kognitif dari proses belajar. Selanjutnya pendekatan kognitif dan behavioral menjadi bagian dari psikologi pendidikan dan beberapa dekade terakhir para psikolog pendidikan mulai memperhatikan aspek sosioemosional sebagai bagian dari pembelajaran psikologi pendidikan.
            Sekian dulu pembahasan tentang psikologi pendidikan kali ini kita akan membahas lebih banyak lagi di postingan selanjuntnya,,,